BELAJAR VS KUOTA

BELAJAR VS KUOTA

BELAJAR VS KUOTA

Kemaren gue coba menghitung pengeluaran anak anak belajar online setiap hari dengan jumlah kuota yg mereka habiskan untuk belajar dari pukul 8 sampai pukul 2 siang. Kebetulan anak gue ada 2 yg menggunakan belajar secara daring.
 
Wifi sengaja dimatikan dan diganti dengan paket data internet. Itu gue lakukan selama 3 hari. Ternyata jika dirata ratakan satu anak menghabiskan 1,5 sampai 2 GB sehari. Masing masing anak menggunakan provider telkomsel dan Tri.
 
Untuk telkomsel, data 1,5 - 2 GB dijual 24 rb
Sementara untuk Tri 1,5 - 2 GB dijual 15 rb untuk isi ulang. Khusus tri tdk semua daerah bisa terjangkau.
 
Jika mereka belajar 5 kali dalam seminggu, maka sebulan ada 20 hari. Maka untuk kartu telkomsel, akan menghabiskan Rp 480 rb/bulan Sementara untuk kartu Tri menghabiskan Rp 300 rb / bulan. Total pemakaian kuota untuk 2 anak dalam sebulan Rp 780 rb.
 
Apabila orang tua menggunakan paket bulanan.. salah seorang teman saya mengatakan mereka membeli paket bulanan tsb sampai 4 kali sebulan dengan harga paket antara 75 rb sampai 110 rb untuk satu paket (Telkomsel) Untuk Tri antara 25 rb sampai 60 rb utk satu paket.
 
Yang jadi pertanyaan bagaimana jika satu keluarga punya 3 dan 4 anak..?
Jika dibandingkan dengan pendapatan keluarga miskin yg penghasilannya antara Rp, 425 rb - Rp, 1 juta 900 rb., maka pembelajaran online sungguh sangat memberatkan orang tua. Andaikan orang tua mengalihkan pemakainan mereka ke wifi (Indi Home), maka orang tua harus mengeluarkan uang antara 300 rb sampai 400 rb/ bulan.
Lalu apa yg dilakukan oleh pemerintah melalui mendikbud, akan beban ini..?
Jawabannya tidak ada, rakyat pikirkan sendiri!!!
 
Bisnis anda boleh saja bisnis berbasis online, tetapi ini dunia pendidikan dimana anak anak butuh eksperimen, proyek2 science, proyek2 metode utk terjun langsung ke lingkungan sosial. Semua itu tdk bisa diwakili dengan bisnis berbasis online. Semoga menjadi perhatian anda pak menteri..!!
By Lenggo Geni
 
Saya tidak mengeluh, meski saya bukan turunan Sultan, meski saya juga cukup kerepotan dg 4 anak (2 anak SMP, 1 anak SMA, 1 kuliah ) sekolah online dan masing2 perlu laptop ????
Tapi saya berempati dan lebih tepatnya turut bersedih untuk ratusan juta Rakyat Indonesia yg masih berada di bawah garis kemapanan atau kesejahteraan hidup nya????
 
Keluhan di atas☝️sangat wajar jika dirasakan oleh sebagian besar Rakyat Indonesia.
Dengan saya ikut bersuara di Sosmed semoga Menteri Pendidikan Indonesia ini segera memberikan Solusi terbaik untuk Pendidikan Anak2 Indonesia. Misalnya... jika memang Pendidikan diberlakukan online maka ada Fasilitas gratis dari pemerintah untuk akses online tsb.
 
Karena ini adalah pengeluaran tambahan bagi seluruh orang tua di luar Biaya pendidikan yang sudah mahal dan gejolak Ekonomi yg dirasakan masyarakat tanpa ada Solusi yang cantik dari penguasa Negeri ini.
 
Jika kondisi demikian dibiarkan, bukan tidak mungkin jika tahun ini akan banyak Anak2 yg putus sekolah ???? kasihannya anak2 Negeri ini????

 

Dipost Oleh Super Administrator

No matter how exciting or significant a person's life is, a poorly written biography will make it seem like a snore. On the other hand, a good biographer can draw insight from an ordinary life-because they recognize that even the most exciting life is an ordinary life! After all, a biography isn't supposed to be a collection of facts assembled in chronological order; it's the biographer's interpretation of how that life was different and important.

Post Terkait